pendidikan seumur hidup



PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (LIFE LONG EDUCATION)
A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Dalam hidupnya, setiap individu mengalami perkembangan kepribadian  yang mencakup perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional, dan juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang meliput, masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, mada dewasa dan masa tua.
Pendidikan memiliki peranan yang penting bagi setiap individu dalam setiap tahap-tahap perkembangannya, mulai dari lahir hingga masa tua, apalagi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, makan pendidikan sangat penting. Manusia yang tidak berpendidikan akan jauh berbeda di bandingkan manusia berpendidikan, contoh nya saja dari segi moral, kita bisa mengetahui bagaimana pendidikannya apalagi ilmu pengetahuannya.
Menyadari pentingnya pendidikan dalam setiap tahap-tahap perkembangan kita, maka tidak bisa kita pungkiri bahwa pendidikan yang kita dapatkan melalui pendidikan sekolah saja tidaklah cukup. Pendidikan tidaklah berakhir setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi sebuah proses yang berlangsung seumur hidup.
Dalam makalah ini akan di bahas lebih lanjut mengenai pendidikan yang dilakukan selama seumur hidup seseorang

2.      Batasan Masalah
Untuk lebih terfokusnya kajian pada makalah ini maka akan dibatasi pada :
a.       Bagaimana Konsep dan Dasar Pendidikan seumur hidup
b.      Bagaimana Pendidikan Seumur Hidup Menurut Pandangan Islam
c.       Apa Tujuan Pendidikan Seumur Hidup  
d.      Apa Pentingnya  Pendidikan Seumur Hidup
e.       Bagaiamana Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program Pendidikan










B.     PEMBAHASAN
1.      Konsep dan Dasar Pendidikan seumur hidup
Secara ontologi istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan semla berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab, istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.[1]
Dalam perkembangan peradaban manusia, banyak pengertian, pandangan dan teori yang dikemukakan mengenai pendidikan. Pengertian yang semula lazim dianut ialah yang dikatakan, bahwa pendidikan adalah hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu yang diwariskan turun-temurun kepada generasi berikutnya.Berikut ini akan dikemukakan pengertian-pengertian lain tentang pendidikan menurut beberapa ahli, yaitu:
a.       Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka yang masih memerlukannya.
b.      Menurut Crow & Crow pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian,pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang.
c.        Menurut John Dewey pendidikan adalah suatu proses pengalaman.
d.       Menurut Ki hajar Dewantoro pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan  bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya.[2]
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses perubahan yang membantu menumbuhkan daya pikir, tingkah laku maupun kecakapan hidup akibat dari pengaruh lingkungan. Jadi, pendidikan erat sekali hubungannya dengan belajar dan belajar merupakan proses atau aktivitas yang terjadi pada setiap manusia  selama hidupnya. Pendidikan diartikan sama dengan pertumbuhan manusia. Selama diri manusia terjadi pertumbuhan, maka selama itu pula terjadi peristiwa pendidikan. Ini berarti, pendidikan tidak berhenti pada pembelajaran disekolah namun terus berlanjut hingga akhir hayat. Sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar .
Belajar atau mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral atau merupakan totalitas kehidupan. Jadi, manusia belajar atau mendidik ini bukanlah sebagai persiapan (bekal) bagi kehidupan (yang akan datang), melainkan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri . Hal inilah yang menjadi dasar terhadap pendidikan seumur hidup.
Dalam seumur hidupnya, setiap individu manusia mengalami :
a.       Perkembangan kepribadian
Setiap individu manusia dalam pengalaman hidupnya mengalami perkembangan kepribadian, yang mencakup perkembangan fisik, mental, sosial dan emosional.
b.      Tahap-tahap perkembangan
Setiap individu dalam perkembangan hidupnya sejak lahir smapai mati mengalami tahap-tahap perkembangan masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua.
c.       Peranan-peranan umum dan unik
Setiap individu melaksanakan peranan-peranan umum sebagai manusia dan peranan-peranan unik dalam melaksanakan tugas-tugasnya, misalnya sebagai guru, dokter, pedagang dan sebagainya.[3]
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan-keseluruhan peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam keeluruhan hidup manusia.[4] Jadi pendidikan seumur hidup sangat erat kaitannya dengan seluruh aspek-aspek kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi sebuah pendidikan.Azas pendidikan seumur hidup itu sendiri terus berlanjut dan berlangsung seumur hidup, sehingga peranan manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia . Pendidikan tidak hanya pada bangku sekolah saja namun berlanjut hingga akhir hayat. Proses pendidikan itu sendiri dimulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
Media dalam belajar pun tidak hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru/pengajar, namun saat ini banyak media untuk belajar. Teknologi pada zaman sekarang sudah semakin maju dan berkembang sangat cepat, sehingga konsep pendidikan seumur hidup sangat cocok diterapkan pada manusia di era sekarang ini yang memerlukan penyesuaian sehingga tidak dianggap tertinggal.
 Konsep pendidikan seumur hidup menurut pemikiran filsafat Islam, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan oleh hadits Nabi SAW yang berbunyi:
عن أنس بن مالك , قال : قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : طلب العلم فريضة على كلّ مسلم
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (Shahih : Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah didalam Sunan nya, hadits no 223. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)[5].
Hadits di atas menjelaskan bahwa betapa Islam sangat menghargai dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sehingga mewajibkan  umatnya untuk menuntut ilmu tanpa ada batasan ruang dan waktu. Menurut hemat penulis, azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan seumur hidup dilihat dari sudut pandang aksiologi memandang bahwa pendidikan itu dibutuhkan dan bermanfaat untuk menghadapi majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  yang sangat pesat pada zaman sekarang. Adanya konsep pendidikan seumur hidup ini akan memotivasi peserta didik supaya lebih rajin  dan giat menuntut ilmu agar ia tidak ketinggalan informasi dan pengetahuan serta tidak kaku akan kemajuan IPTEK yang serba canggih.
Pendidikan seumur hidup secara epistimologi memandang bahwa pendidikan dilakukan dengan cara selalu belajar dan belajar terus menerus mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi melalui jenjang-jenjang pendidikan yang sistematis mulai dari pendidikan informal (keluarga), formal, dan nonformal secara berkelanjutan sampai akhir hayat. Tidak ada kata menyerah dalam belajar dan mengembagkan pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama.
Dalam dunia Barat proses pendidikan seumur hidup dikenal dengan “Long Live Education” telah muncul sejak John Dewey merekomendasikan kepada pemerintah Amerika Serikat dan rekomendasi Kementrian rekonstruksi terhadap pemerintah Inggris.[6] Untuk Indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakat melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1973 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain :
a.       Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang )
b.      Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.[7]
Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi:"Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya".[8] Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah. Jalur pendidikan sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Prinsip pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung seumur hidup  didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi: [9]


a.        Tinjauan ideologis
Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup.
b.      Tinjauan ekonomis
Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk :
1)      Meningkatkan produktivitasnya
2)      Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
3)      Memungkinkan hidup dalam lingkunganyang sehat dan menyenangkan
4)      Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak secara tepat
c.       Tinjauan sosiologis
Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh orangtua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka juga bersekolah.
d.      Tinjauan Teknologis
Semakin maju jaman semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan teknologi maka pendidikan seumur hidup akan semakin mudah. Begitu pula sebaliknya.
e.       Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup yang disebut development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
f.       Tinjauan Filosofis
Bahwa sesungguhnya secara filosofis (filsafat manusia) hakekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi atau potensi-potensi (essensia):
1)      Manusia sebagai mahluk pribadi (individual being)
2)      Manusia sebagai mahluk sosial (social being)
3)      Manusia sebagai mahluk susila ( atitude being )
Ketiga esensi ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral (bulat dan utuh) yang dimiliki setiap manusia. Bahkan ketiganya menentukan martabat dan kepribadian manusia. Artinya bagaimana individu itu merealisasikan potensi-potensi tersebut secara optimal dan berkesinambungan.

2.      Pendidikan Seumur Hidup Menurut Pandangan Islam
Dalam islam banyak sekali ayat-ayat terkait dengan pendidikan seumur hidup diantaranya:
1.      QS. Thaha: 114
( @è%ur Éb>§ ÎT÷ŠÎ $VJù=Ïã ÇÊÊÍÈ  
 “…Dan Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.’”
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksudnya tambahkanlah kepadaku ilmu dari-Mu.Ibnu Uyainah rahimahullah mengatakan Nabi  senantiasa berada dalam tambahan ilmu hingga Allah subhanahu wata’ala mewafatkan beliau.[10]
Sedangkan Ibnu Majah meriwayatkan, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia menuturkan, Rasulullah bersabda:
: "اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا علَّمتني، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ"
Ya Allah subhanahu wata’ala jadikanlah apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku itu bermanfaat bagiku, dan ajarkanlah apa yang bermanfaat bagiku serta tambahkanlah ilmu kepadaku. Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala atas segala keadaan.”
Hadits di atas juga diriwayatkan oleh al-Bazzar, yang ia tambahkan pada bagian akhirnya:

وَأَعُوذُ بِاللَّهِ من حال أهل النار".
“….Dan aku berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dari keadaan penghuni neraka.”[11]
Sementara itu Abu Bakar Jabir al-Jazairi rahimahullah beristifadah  tentang ayat ini adalah anjuran unuk menuntut ilmu dan mencari tambahan ilmu dengan mengakui kebodohan dalam dirinya dan kebutuhan terhadap ilmu.[12]
Kita juga bisa melihat semangat berfikir untuk mencapai keimanan pada ayat pertama yang diturunkan Allah subhanahu wata’ala pada manusia. Marilah kita melihat bagaimana Allah subhanahu wata’ala membimbing manusia melalui firman-Nya yang sempurna dengan ayat-ayat yang pertama diturunkan Allah subhanahu wata’ala yang akan dibahas pada point berikutnya.



2.      QS. al-‘Alaq: 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î y7Înu Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7šuur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al- A’laq:1-5).

Sesungguhnya ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat mulia ini. Dia merupakan rahmat pertama yang diberikan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya dan nikmat pertama yang dicurahkan Allah subhanahu wata’ala kepada mereka. Dia merupakan peringatan tentang awal penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan sesungguhnya, diantara kemurahan Allah subhanahu wata’ala Ta’ala adalah mengajarkan kepada umat manusia sesuatu yang tadinya tidak diketahui. Maka Allah subhanahu wata’ala mengangkat dan memuliakannya dengan ilmu. Inilah yang hanya diberikanAllah subhanahu wata’ala kepada bapak manusia yaitu Adam alaihissalam sehingga membedakannya dari malaikat. Dan ilmu terkadang ada dalam benak. Kadang-kadang juga berada dalam tulisan dan bersifat mentalistik dan formalistik. Kata formalistik memastikan ilmu berada dalam tulisan, namun tidak sebaliknya. Oleh karena itu, Allah subhanahu wata’ala Ta’ala berfirman, “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajarkan dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”[13]
                                            
Dalam makna yang luas, iqra’ dengan asal kata qara’a mempunyai makna membaca, memikirkan, menghimpun informasi, menelaah, mendalami, meneliti, menyelidiki, mengumandangkan dan menyampaikan. Apabila kata iqra’ dirangkai dengan kata ismun yang dalm arti luas berarti nama atau tanda. Dengan kata lain ketika ayat ini diturunkan maka Tuhan menciptakan alam semesta memerintahkan manusia manapun yang membaca ayat ini untuk ‘membaca’ atau berfikir tentang seluruh tanda-tanda yang dapat dia indera. Aktivitas ‘membaca’ dan berfikir ini dilakukan agar manusia mengetahui, siapakah Tuhan yang telah menciptakannya adalah maha pemurah dan maha perkasa.[14]
Setelah kita menyadari kemahaan Allah subhanahu wata’ala maka langkah berikutnya yang diperintahkan dalam ayat ini adalah bahwa kita juga arus menyadari dan mengetahui bahwa manusia itu diajarkan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan perantaraan qolam, bahwa Allah subhanahu wata’ala memberikan kita pengetahuan dan mengajarkan kita sesuatu yang tidak kita ketahui.
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
(Al-alaq : 4-5).

Dalam  2 ayat terakhir, Allah subhanahu wata’ala menginginkan manusia untuk iqra manusia darikelemahan mereka, berfikir bahwa memang manusia tidak memahami apapun, tidak mengetahui apapun sehingga Allah subhanahu wata’ala mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak ketahui.[15]
Dalam perspektif pemikiran Islam, pendidikan seumur hidup didasarkan pada fase-fase perkembangan manusia itu sendiri. Artinya, proses pendidikan itu disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan yang dialami oleh seseorang sampai akhir hayatnya, yakni:[16]
a.       Masa al-Janin (usia dalam kandungan)
Masa al-janin, tingkat anak yang berada dalam kandungan dan adanya kehidupan setelah adanya ruh dari Allah swt. Pada usia 4 bulan, pendidikan dapat diterapkan dengan istilah “pranatal” atau juga dapat dilakukan sebelum ada itu menjadi janin yang disebut dengan pendidikan “prakonsepsi”. Karena itu, seorang ibu ketika mengandung anaknya, hendaklah mempersiapkan kondisi fisik maupun psikisnya, sebab sangat berpengaruh terhadap proses kelahiran dan perkembangan anak kelak.
b.      Masa bayi (usia 0-2 tahun)
Pada tahap ini, orang belum memiliki kesadaran dan daya intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Karenanya, dalam fase ini belum dapat diterapkan interaksi edukatif secara langsung. Proses edukasi dapat dilakukan menurut Islam adalah membacakan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri ketika baru lahir, memberi nama yang baik ketika diaqiqah. Dengan demikian, di hari pertama dan minggu pertama kelahirannya, sudah diperkenalkan kalimat tauhid, selanjutnya diberi nama yang baik sesuai tuntunan agama.
c.       Masa kanak-kanak  (usia 2-12 tahun)
Pada fase ini, seseorang mulai memiliki potensi-potensi biologis, paedagogis. Oleh karena itu, mulai diperlukan pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat atau fitrahnya. Ketika telah mencapai usia enam tahun hendaklah dipisahkan tempat tidurnya dan diperintahkan untuk shalat ketika berumur tujuh tahun. Proses pembinaan dan pelatihan lebih efektif lagi bila dalam usia tujuh tahun disekolahkan pada Sekolah Dasar. Hal tersebut karena pada fase ini, seseorang mulai aktif dan mampu memfungsikan potensi-potensi indranya walaupun masih pada taraf pemula.
d.      Masa puber (usia 12-20 tahun)
Pada tahap ini, seseorang mengalami perubahan biologis yang drastis, postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan jiwanya belum mengimbanginya. Pada tahap ini, seseorang mengalami masa transisi, masa yang menuntut seseorang untuk hidup dalam kebimbangan, antara norma masyarakat yang telah melembaga agaknya tidak cocok dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri dari belenggu norma dan susila masyarakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin hidup sebagai orang dewasa, diakui, dan dihargai, tetapi aktivitas yang dilakukan masih bersifat kekanak-kanakan. Seringkali orang tua masih membatasi kehidupannya agar nantinya dapat mewarisi dan mengembangkan usaha yang dicapai orang tuanya. Proses edukasi fase puber ini, hendaknya dididik mental dan jasmaninya misalnya mendidik dalam bidang olahraga dan  memberikan suatu model, mode dan modus yang Islami, sehingga ia mampu melewati masa remaja di tengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
e.       Masa kematangan (usia 20,30)
Pada tahap ini, seseorang telah beranjak dalam proses kedewasaan, mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak, bersikap, dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri. Proses edukasi yang dapat dilakukan adalah memberi pertimbangan dalam menentukan masa depannya agar tidak melakukan langkah-langkah yang keliru.

f.       Masa kedewasaan (usia 30- …sampai akhir hayat)
Pada tahap ini, seseorang telah berasimilasi dalam dunia kedewasaan dan telah menemukan jati dirinya, sehingga tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan perlindungan bagi orang lain. Proses edukasi dapat dilakukan dengan cara mengingatkan agar mereka lebih memperbanyak amal shalih, serta mengingatkan bahwa harta yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan masyarakat.
Menurut Al Ghazali tingkat-tingkat perkembangan manusia itu terdiri dari: [17]
a. Al-Janin, yaitu tingkat anak yang berada dalam kandungan. Adanya kehidupan setelah diberi roh oleh Allah.
b. Al-Thifl, yaitu tingkat anak-anak dengan memperbanyak latihan dan kebiasaan sehingga mengetahui baik ataupun buruk.
c. Al-Tamziz, yaitu tingkat anak yang telah dapat membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk, dan akal pikiranya telah berkembang sedemikian rupa.
d. Al-‘Akil, yaitu tingkat manusia yang telah berakal sempurna bahkan akal pikiranya telah berkembang secara maksimal
e.  Al-Auliya’ dan Al-Anbiya’, yaitu tingkat tertinggi pada perkembangan manusia. Bagi para nabi telah mendapatkan ilmu dari Tuhan melalui malaikat yaitu ilmu wahyu. Bagi para wali telah mendapatkan ilmu ilham atau laduni yang tidak tahu bagaimana dan dari man ilmu itu didapatnya.
Dari uraian  di atas,  menjadi jelas bahwa tingkat perkembangan terakhir yakni tingkat kewalian atau kenabian inilah yang membedakan dengan tingkat-tingkat perkembangan manusia menurut para ahli sarjana medern di Barat maupun di Timur. Menurut pandangan Islam permulaan fase pendidikan manusia itu sebenarnya sudah dimulai sejak manusia berada dalam kandungan.Karena pada  fase ini roh telah ditiupakn kedalam rahim seorang ibu kira-kira di usia kandungan empat bulan dan proses pendidikan akan berakhir sampai manusia meninggal dunia.

3.      Tujuan Pendidikan Seumur Hidup  
Pendidikan seumur hidup dalam prakteknya sebenarnya telah dilaksanakan oleh manusia sejak keberadaannya di dunia ini dengan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pendidikan berlangsung dalamtotalitas kehidupan manusia, seperti dalam keluarga, sekolah, organisasi kerja, organisasi pemuda, membaca buku atau Koran, mendengarkan radio, menonton televise dan sebagainya. Untuk itu tujuan pendidikan seumur hidup adalah : [18]
a.       Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia yang sesuai dengan harkat dan kodrat kemanusiaannya, meliputi semua unsure kehidupannya secara optimal.
b.      Proses pendidikan berlangsung selama kehidupan manusia seirama dengan pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya yang bersifat dinamis yang tidak statis.
Dari pandangan tersebut di atas menunjukan bahwa kepribadian yang dimaksudkan adalah ketika seseorang itu memperlihatkan sikap dan perilaku serta tindakanya yang tidak bertentangan dengan norma-norma  agama, hokum Negara, moral maupun adat istiadat. Halini dapat terbentuk ketika semua elemen masyarakat dan bangsa melaksanakan proses pendidikan yang menjurus pada tercapainya maksud tersebut.

4.      Pentingnya  Pendidikan Seumur Hidup
Ada beberapa hal yang menyebabkan pentingnya pendidikan seumur hidup, diantaranya adalah:
a.       Keterbatasan kemampuan pendidikan sekolah
Pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat. Terlihat antara lain dalam:
1)      Banyak lulusan yang tidak dapat di serap dalam dunia kerja, yang antara lain karena mutunya yang rendah.
2)      Daya serap lulusan rata-rata sekolah yang masih rendah, karena pelajar tidak dapat belajar secara optimal
3)      Pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efisien, yang terlihat dari adanya putus sekolah dan siswa yang mengulang.
Pendidikan sekolah perlu dilengkapi dengan pendidikan di luar sekolah.
b.      Perubahan masyarakat dan peranan-paranan sosial
Globalisasi dan pembangunan mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat, dan dengan demikian perubahan-perubahan peranan-peranan sosial. Pendidikan di tuntut untuk mampu membantu individu agar selalu dapat mengikuti perubahan-perubahan sosial seanjang hidupnya.
c.       Pendayagunaan sumber yang masih belum optimal
Salah satu masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan sumber yang mendukung pelaksanaan pendidikan.
d.      Perkembangan pendidikan luar sekolah yang pesat
Dalam zaman modern, pendidikan luar sekolah berkembang dengan pesat karena memberikan manfaat kepada masyarakat.[19]

5.      Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program Pendidikan
Menurut Ananda W. P. Guruge, dalam Burhanuddin Salam bahwa implikasi konsep pendidikan seumur hidup  dapat diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu:[20]
a.       Para buruh dan tani
Mereka dengan pendidikan yang sangat rendah atau bahkan tanpa pendidikan sama sekali dan pada umumnya masih hidup dalam suasana tradisional sehingga mereka membutuhkan pendidikan dan keterampilan serta pemberian metode bertani yang baru, agar dapat meningkatkan produktifitasnya demi untuk memperbaiki taraf hidupnya.
b.      Golongan remaja yang terganggu sekolahnya
Remaja yang menganggur yang tidak melanjutkan pendidikan disebabkan kurangnya bakat, minat, kemampuan ekonomi dan sebagainya. Remaja dalam bentuk ini, harus diberikan pendidikan dan pelatihan agar hidup dan kehidupannya bermakna, baik untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungannya dimana remaja tersebut berada.

c.       Para pekerja yang berketrampilan
Bagi golongan pekerja yang berketrampilan ini , program pendidikan yang disediakan bagi mereka adalah program yang dapat menyelamatkan mereka dari keusangan pengetahuan. Untuk itu perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilan baru agar dapat menghadapi tantangan masa depan.
d.      Golongan teknisi dan professional
Program pendidikan seumur hidup sangat besar peranannya bagi golongan ini. Mereka pada umumnya mendapatkan posisi penting dan strategis dalam masyarakat. Agar mereka tetap berperan dalam masyarakat, maka harus senantiasa memperbaharui dan menambah pengatahuan serta ketrampilannya.
e.       Para pemimpin dalam masyarakat
Para pemimpin dalam masyarakat (golongan politik, agama, social, dan sebagainya), perlu memperbaiki sikap dan ide-idenya supaya mereka tetap berfungsi dalam memimpin masyarakatnya sesuai dengan gerak kemajuan pembangunan dan kebutuhan masyarakat.
f.       Golongan anggota masyarakat yang sudah tua
Dalam bertambah panjangnya usia rata-rata manusia dan kesejahteraanpun menjadi lebih baik, maka jumlah anggota masyarakat yang lanjut usia semakin bertambah dan meraka membutuhkan pendidikan demi memenuhi dorongannya untuk mengetahui hal-hal yang baru.
   Dengan demikian, manusia akan mencapai tingkat kesejahteraan hidup dan keluar dari kemelut kebodohan dan keterbatasan jika menjadikan pendidikan sebagai suatu yang paling mendasar dalam kehidupannya. Ketika pendidikan dijadikan sebagai skala prioritas dalam kehidupan suatu masyarakat, maka sudah barang tentu masyarakat itu akan mengalami perkembangan dan kemajuan dalam segala bidang kehidupan.

C.    PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal:
Pendidikan  seumur hidup adalah manusia dalam kehidupannya dituntut untuk belajar dari segala proses kehidupannya. Konsep  Life Long Education  menuntut manusia tidak hanya belajar di sekolah tapi juga di luar sekolah dan berlangsung sepanjang hayat dimulai dari keluarga, sekolah sampai masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan seumur hidup adalah :
a.       Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia yang sesuai dengan harkat dan kodrat kemanusiaannya
b.      Proses pendidikan berlangsung selama kehidupan manusia seirama dengan pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya yang bersifat dinamis yang tidak statis.
Sedangkan pentingnya pendidikan seumur hidup, diantaranya adalah:
a.       Keterbatasan kemampuan pendidikan sekolah
b.      Perubahan masyarakat dan peranan-paranan social
c.       Pendayagunaan sumber yang masih belum optimal
d.      Perkembangan pendidikan luar sekolah yang pesat
Sedangkan implikasi konsep pendidikan seumur hidup  dapat diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu:
a.       Para buruh dan tani dapat meningkatkan produktifitasnya demi untuk memperbaiki taraf hidupnya.
b.      Golongan remaja yang terganggu sekolahnya diberikan pendidikan dan pelatihan agar hidup dan kehidupannya bermakna, baik untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungannya dimana remaja tersebut berada.
c.       Para pekerja yang berketrampilan dapat menyelamatkan mereka dari keusangan pengetahuan. Untuk itu perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilan baru agar dapat menghadapi tantangan masa depan.
d.      Golongan teknisi dan professional mendapatkan posisi penting dan strategis dalam masyarakat. Agar mereka tetap berperan dalam masyarakat, maka harus senantiasa memperbaharui dan menambah pengatahuan serta ketrampilannya.
e.       Para pemimpin dalam masyarakat perlu memperbaiki sikap dan ide-idenya supaya mereka tetap berfungsi dalam memimpin masyarakatnya sesuai dengan gerak kemajuan pembangunan dan kebutuhan masyarakat.
f.       Golongan anggota masyarakat yang sudah tua membutuhkan pendidikan demi memenuhi dorongannya untuk mengetahui hal-hal yang baru.

2.      Saran
Demikianlah makalah ini penulis uraikan, di harapkan dengan adanya pembahasan makalah  ini, masyarakat lebih menyadari betapa pentingnya pendidikan, dan kita sebagai mahasiswa bisa lebih giat belajar dan juga menyadari bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung pada jenjang perkuliahan namun pendidikan itu berlangsung seumur hidup kita.




[1]Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam mulia, 2009), h. 83
[2]Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 9-11
[3]Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),  h. 173-174
[4]Ibid. ,h. 169
[5]https://elmuntaqa.wordpress.com/2013/11/10/40-hadits-seputar-menuntut-ilmu-1-10/ Diunggah hari jumat 11 Oktober 2013.

[6] A. J. Cropley, Pendidikan Seumur Hidup, (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), h.32
[7] Mohammad Noorsyam, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, (Surabaya:Usaha Nasional, 1988), h. 125-126
[8] Undang-undang Sistem Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009 ), h. 13
[9]Mohammad Noorsyam, Op.Cit., h. 136
[10] Shafiyurrahman al-Mubarakfuri.Shahih Tafsir Ibnu Katsir. (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir. 2008),  Jilid V, h. 780
[11] Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi’I, e-book.
[12] Abu Bakar Jabir al-Jazairi.Tafsir al-Qur’an al-Aisar. Jakarta: Darus Sunnah Press. 2007. Jilid IV. Hal.643
[13] Muhammad Nasib Ar-Rifa’I,(terj) Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jilid.4. (Depok: Gema Insani Press. 2012), h. 771-772
[14] Ibid., h. 772
[15] Felix y. Siauw, Beyond The Inspiration, (Jakarta Barat: Khilafah Press. 2012), h. 147-1484
[16] http://www.tuanguru.com/2011/12/pendidikan-seumur-hidup-dalam-islam.html. Diunggah hari Selasa 18 Maret 2014.

[17]Zainudin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al- Ghazali ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 69
[18]Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogi Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.214
[19]Redja Mudyaharjo, Op.Cit., 171-173

[20] Ibid, h., 216

Komentar

Postingan Populer